Inspirasi


Ida Bagus Gelgel
Karya dan Pengabdiannya

Ida Bagus Made Gelgel, seorang pelukis angkatan muda pada jamannya, yang lahir di griya Kanginan Kamasan, kecamatan klungkung, propinsi Bali. Yang hidup sekitar tahun 1908 sampai dengan 1937, yakni saat-saat kematiannya yang sangat mengharukan. Terasalah bagi keluarganya, waktu yang tersedia untuk menyusun riwayat hidup ini yang mencukupi syarat dari seorang pelukis yang lebih dari 1/3 abad telah meninggalkan dunia ini. Namun keharuan yang mendalam yang menyelusuri seluruh perasaan keluarga kami telah membantu kenangan dan ingatan terhadap dirinya dan kegiatan-kegiatan sebagai pelukis. Saya katakan mengharukan, Karena pelukis yan mempunyai nama ini berhasil memperoleh piagam penghargaan internasional atas karya-karya lukisannya yang diikutsertakan dalam eksposisi kesenian colonial di Negara Prancis sebelum Perang Dunia II, sesungguhnya tidak begitu dikenal oleh bangsanya sendiri.


Sebagai seorang pemuda dari keluarga miskin, pendidikannya hanya sampai sekolah Dasar saja tanpa pernah mengalami pendidikan khusus, pekerjaannya sebagai magang di kantor Landscap Klungkung dari tahun 1932 sampai dengan 1937, sehingga bibit dan bakat yang ada dalam diri pelukis ini sejak ia masih kecil, perkembangannya seakan-akan tidak ditunjang oleh factor-faktor luar. Dengan melihat-lihat lukisan pelukis-pelukis wayang yang tua-tua di Banjar Sangging-Kamasan, minatnya melukis semakin tumbuh dan berkembang mencari bentuknya sendiri dan dalam usia lebih kurang 25 tahun, namanya sudah sangat tenar diantara tourist-tourist bangsa asing berkebangsaan Belanda dan Jerman, senantiasa mendatangi sanggar tempatnya melukis untuk membeli lukisan-lukisan wayang hasil ciptaannya.
Tanggal kelahirannya yang tidak dikenal (karena tidak pernah dicatat). Yang menjadi ciri khas akibat daripada struktur masyarakat primitive yang diwariskan oleh kolonialisme belanda, rupanya turut menempa perwatakannya yang sederhana sekali. Sederhana dalam tutur keteladanan tata hidupnya, realis dalam tipe lukisan wayangnya, sehingga berbeda dengan tata lukisan pelukis-pelukis wayang lainnya. Pada waktu itu. Ia rupanya mempunya gaya lukisan tersendiri. Hal ini erat hubungannya dengan daerah seni yang diwariskan oleh leluhur dan keluarga kami. Diantara keluarga kami yang memang banyak juga dilahirkan berbakat seni, ada yang ahli seni tari (Ida Bagus Kakyang Gledeg, datuk kami), ahli seni ukir dan seni patung (Ida Bagus Ketut Alit), Ida Bagus Made Rai, Ida Bagus Nyoman Kajeng, paman kami. Namun demikian Ida Bagus Gelgel adalah generasi yang paling beruntung yang mencapai puncak kariernya, sehingga dialah pula anak tersayang yang menimbulkan kenangan indah ibu dan ayah, karena dialah yang menyebabkan terharunya seluruh keluarga pada saat-saat kematiannya.

Pada tahun 1937 setelah menderita sakit yang cukup lama, kakak kami Ida Bagus Gelgel tercinta setelah mencapai puncak kariernya, akhirnya meninggal dunia. Kenangan indah selama hayatnya berubah menjadi kesedihan dalam bentuknya yang paling mengesankan.
Kami senantiasa masih terkenang akan saat-saat menjelang kematiannya. Ia masih sempat untuk mohon diri ngaturang bakti ke Pemerajan sekitar jam 24.00 malam dalam keadaan sangat payah dengan tubuhnya yang dipapah. Dan Karena itulah kami meluluskan permintaan ibu dan ayah agar semua miliknya turut dikebumikan. Semua alat-alat melukis, piagam tanda penghargaan seni dari eksposisi di Prancis berikut semua lukisan yang belum selesai “Sutasoma ditadah Kala” ikut mengantarkannya.

ditulis oleh : Ida Bagus Beratha (adik Ida Bagus Gelgel)

 

Thomas Alva Edison

Thomas Alva Edison
Thomas Alva Edison

Thomas alfa edison yang kita ketahui sebagai penemu lampu sebagai alat penerangan ternyata mengalami kegagalan sebanyak 800 kali. setiap ia ditanya oleh temannya, “kanapa kau tidak pernah menyerah dalam 800 kali kegagalan itu?” thomas pun menjawab, “saya tidak mengalami 800 kali kegagalan tapi saya menemukan 800 cara untuk memecahkan bola lampu.” __________________________________________________

Alexander Graham Bell

Saat sebuah peluang tertutup, terbukalah peluang lainnya, namun sering kali kita terpaku menunggu dan menyesali hilangnya peluang pertama, tanpa pernah sadar, bahwa sesungguhnya ada kesempatan lain yang terbuka untuk kita jalani.

_____________________________________________________________

Pythagoras

pythagoras

pythagoras

Pythagoras berkata kepada muridnya yang malas belajar, ” wahai anak muda, jika engkau tidak sanggup menahan lelahnya belajar, engkau harus menanggung pahitnya kebodohan.” __________________________________________________________

Einstein

einstein

einstein

Apa yang saya saksikan di Alam adalah sebuah tatanan agung yang tidak dapat kita pahami dengan sangat tidak menyeluruh, dan hal itu sudah semestinya menjadikan seseorang yang senantiasa berpikir dilingkupi perasaan “rendah hati”. -Albert Einstein.

______________________________________________________

Plato

plato

plato

janganlah engkau mengira menyumbangkan harta untuk hal-hal yang berguna adalah kerugian. Kerugian yang sebenarnya adalah menahan harta tersebut dari hal-hal yang berguna

2 Comments (+add yours?)

  1. gusadit
    Aug 16, 2010 @ 11:57:02

    MANTAP!!!

    salah satu leluhur saya yang saya banggakan….
    Putra Daerah Bali yang karyanya diakui dunia…
    namun sayang, masyarakat masih awam dengan hasil karya karyanya

    lukisan yang di atas sudah ditransformasi dalam bentuk 3D (alias patung)
    di Griya Dwipayana (Kongco Tanah Kilap), Bali

    semoga terwujud generasi baru seperti beliau..

    Hidup Kamasan BALI!!

    Reply

  2. Trackback: kaos « GIKU's

Leave a comment